"Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan PEMAHAMAN AGAMA kepadanya.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)

Rabu, 02 Mei 2012

Yuk, Berani Menikah

 Dalam realita shalat orang yang masih  belum menikah memang sulit  mencapai kekhusyukan, apalagi memberi bekas dalam akhlak sehari-hari. Barangkali itu sebabnya Rasulullah Muhammad Saw. menyatakan,  “Shalat dua rakaat yang  didirikan oleh orang yang menikah lebih baik dari shalat malam dan berpuasa pada siang harinya yang dilakukan oleh seorang lelaki bujangan.” Maka, bagaimana seorang yang masih membujang dapat mengejar derajat orang-orang yang sudah menikah, kalau shalat malam yang disertai puasa di siang hari saja tak bisa disejajarkan dengan derajat shalat dua rakaat mereka  yang telah didampingi istri. Padahal mereka yang telah mencapai ketenangan batin, penyejuk mata dan ketenteraman jiwa dengan seorang istri yang sangat besar cintanya, bisa jadi melakukan shalat sunnah yang jauh lebih banyak dibandingkan yang belum menikah.
Maka, apa yang bisa mengangkat seorang bujangan kepada kemuliaan di akhirat? Alhasil, membujang rasanya lebih dekat dengan kehinaan, sekalipun jenggot yang lebat telah membungkus kefasihan mengucapkan dalil-dalil suci Al-Qur’an dan Al-Hadis. Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah,  “Orang meninggal di antara kalian yang berada dalam kehinaan adalah bujangan.” Bujangan. Tanpa seorang pendamping yang dapat membantunya bertakwa  kepada Allah, hati dapat terombang-ambing oleh gharizah (instink) untuk memenuhi panggilan biologis, oleh kerinduan untuk mempunyai sahabat khusus yang hanya kepadanya kita bisa menceritakan sisi-sisi hati yang paling sakral, serta oleh panjangnya angan-angan yang sulit sekali memangkasnya. Dalam keadaan demikian, agaknya sedikit sekali yang sempat merasakan khusyuknya shalat dan tenangnya hati karena zikir. Dalam keadaan demikian, kita bisa disibukkan oleh maksiat yang terus-menerus. Sesekali dapat melepaskan diri dari maksiat memandang wanita ajnabi (bukan muhrim), tetapi masuk kepada maksiat lainnya. Pikiran disibukkan oleh hal-hal yang kurang maslahat, sedang mulut mengucapkan kalimat-kalimat yang memiriskan hati. Di saat seperti ini, kita dapat merenungkan sekali lagi peringatan Rasulullah Muhammad yang terjaga. Dalam sebuah hadis yang berasal dari Abu Dzar r.a., Rasulullah Saw. menegaskan: “Orang yang paling buruk di antara kalian ialah yang melajang (membujang), dan seburuk-buruk mayat (di antara) kalian ialah yang melajang (membujang).” (HR Imam Ahmad dalam Musnadnya, diriwayatkan juga oleh Abu Ya’la dari Athiyyah bin Yasar. Hadis ini  dha'if, begitu 'Abdul Hakim 'Abdats menjelaskan).
Semoga Allah   ‘Azza wa Jalla melindungi kita dari kematian dalam keadaan membujang, sementara niat yang sungguh-sungguh untuk segera melangsungkan pernikahan, belum tumbuh. Semoga Allah Swt. menolong mereka yang telah mempunyai niat. Kalau belum lurus niatnya, mudah-mudahan Allah mensucikan niat dan prasangkanya. Kalau telah kuat tekadnya (‘azzam), semoga Allah menyegerakan terlaksananya pernikahan yang barakah dan dipenuhi ridha-Nya. Kalau mereka masih terhalang, mudah-mudahan Allah melapangkan dan kelak memberikan keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illaLlah. Saya teringat, terhadap hal-hal yang sangat dikecam dan diberikan peringatan mengenai bahayanya, biasanya Islam memberikan penghormatan yang tinggi untuk hal-hal yang merupakan kebalikannya. Kalau membujang sangat tidak disukai, kita mendapati bahwa menikah mendekatkan  manusia kepada surga-Nya. Ketika dikabarkan kepada kita bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah bujangan, kita banyak mendapati di dalam hadis tentang  kemuliaan akhirat dan bahkan keindahan hidup di dunia yang insya-Allah akan didapatkan melalui pernikahan. Seorang yang menikah, berarti menyelamatkan setengah dari agamanya. Bahkan, bagi seorang remaja, menikah berarti menyelamatkan dua pertiga dari agamanya. Kita menjumpai hadis yang memberikan  pertanyaan retoris sebagai sindiran, “Apa yang menghalangi  seorang mukmin untuk mempersunting istri? Mudah-mudahan Allah mengaruniainya keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat  laa ilaha illaLlah.” Maka kita juga menjumpai hadis-hadis yang menjaminkan kepada kita yang ingin  menikah  demimenjaga kehormatan dan kesucian farjinya. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga orang yang akan selalu  diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” (HR. Thabrani). Dalam hadis lain dalam derajat shahih, Rasulullah Saw. bersabda: “Tiga golongan orang yang pasti mendapat pertolongan Allah, yaitu budak mukatab yang bermaksud untuk melunasi perjanjiannya, orang yang menikah denganmaksud memelihara kehormatannya, dan orang yang berjihad di jalan Allah.”  (HR Turmudzi, An-Nasa’i, Al-Hakim dan Daruquthni). Masih ada hadis senada. Namun demikian, ada baiknya kalau kita alihkan perhatian sejenak kepada peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah,  “Bukan termasuk golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah.” (HR Thabrani).
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang memiliki keyakinan. Tanpa keyakinan, ilmu akan kosong maknanya. 


Dikutip dari buku "Kupinang Engkau Dengan Hamdalah"
Ingin mengetahui lebih lanjut/ pinjam bukunya, hubungi Mukhamad Aziz. Untuk pembahasan selanjutnya insya Allah kami bahaskan antara perbedaan  "Antara Menyegerakan dan Tergesa-gesa"
Yuk kita segerakan menikah.....  :)

0 komentar:

Posting Komentar

Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun".

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls