"Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan PEMAHAMAN AGAMA kepadanya.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)

Sabtu, 26 Mei 2012

Gerakan, Yuk menulis

Pertanyaan yang kerap muncul dari benak kita saat hendak menulis, “Topik apa ya yang cocok?” Tolong, pertanyaan seperti itu jangan dijadikan beban. Anggap saja sebagai hal biasa. Apa yang enak dibahas dalam buku harian? Hmm… yang enak untuk dibahas adalah hal-hal umum yang berkesan dan menarik. Bisa menyedihkan, bisa pula yang menggembirakan. Seperti apa sih? Pengalaman pertama masuk sekolah, pengalaman berkenalan pertama kali dengan teman di sekolah, hari pertama masuk kerja, mendapat uang gaji pertama kali, bertemu sang kekasih hati, pengalaman saat melamar, pengalaman ketika menikah, dan lain sebagainya. Pokoknya, segala hal yang seru dan menarik. Semua itu bisa membuat kita betah menuliskannya berlembar-lembar. Asyik. Termasuk, yang enak dibicarakan adalah hal yang baru. Misalnya punya mobil baru, punya teman baru, punya rumah baru, dan segala hal yang baru-baru deh. Topik seperti itu ditanggung antimanyun. Pas banget untuk dituangkan di buku harian.

Kebiasaan untuk menuliskan sesuatu yang baru perlu dijaga. Bukan apa-apa, kalo kamu menulis buku harian, tapi masalah dan kata-kata serta kalimatnya sering diulang-ulang, nggak bakalan gereget lagi untuk dibaca. Bahkan sangat boleh jadi menulis buku harian nggak ada bedanya dengan mengerjakan PR menulis halus. Suer. Jadi gali terus, cari terus masalah baru. Supaya kamu kreatif. Siapa tahu nantinya memang kamu jadi wartawan. Wartawan kadang harus ‘nakal’. Misalnya, ketika mewawancarai narasumber, kudu berani menanyakan sesuatu yang barangkali ‘tabu’ untuk ditanyakan. Seperti jika narasumbernya sebagai polisi, kita tanyakan, ‘apakah ada keterlibatan aparat dalam aksi kejahatan ini?” Tujuannya, ada bahan berita baru yang bisa ditulis. Biar nggak monoton. Siapa tahu Pak Polisi itu keceplosan ngomong dan mengeluarkan pernyataan ‘of the record’. Bisa jadi kan? Meskipun nantinya nggak ditulis di media kita, tapi kita punya peluru baru untuk mengutak-atik arah kasus itu.

Buat kamu yang mau nyari topik, nggak usah sulit-sulit mikirin yang jauh-jauh. Coba cari yang dekat dengan kita deh. Tanya teman kanan-kiri, nguping dari sana-sini. Atau bisa juga baca koran pagi ini, cari berita yang menarik. Setelah dapat, kamu bisa menulis ulang dengan sudut pandang kamu. Misalnya, judul yang kamu ambil adalah "Perihal Tauhid". Kamu mulai dari opening lalu kamu bawa arahnya ke mana, kamu bisa bikin ulang dengan pengembangan yang kamu suka, dengan cara kamu sendiri tetapi harus tetap tidak boleh keluar dari batas-batas syar'i, bener ngggak? . Anggap saja misalnya dirimu sebagai penulis kelas nasional. Sebagai latihan aja kan? Mungkin kok. Coba deh!

Untuk menulis artikel, cari saja topik yang ‘menggigit’. Itu terserah kamu sih. Misalnya kamu bikin tulisan dengan topik fiqh, tauhid ato aqidah. Kamu cari segala masalah & solusi yang berhubungan dengan itu dan cepetan tulis aja. Resepnya, cari topik-topik yang mudah aja dan dekat dengan keseharian kita. Kalo mau ‘jauh-jauh’ juga boleh, nanti kamu bisa 

Suer. Yang penting, kamu mau menuliskannya. Jangan sampe kamu ngomong, “isinya sudah tahu, judulnya sudah siap, bahan-bahannya sudah lengkap, arah tulisannya sudah dibuat, sekarang tinggal nulis aja.” Wah, itu justru bermasalah. Padahal, cepet aja langsung tulis.
Pengalaman saya, jika sudah mendapatkan topik yang menarik, segera langsung mencari data tentang segala hal yang berkaitan dengan topik tersebut. Setelah dapat, saya biasanya nggak melama-lamakan, takut mood-nya untuk menulis hilang. Langsung saja saya tulis. Sebisa mungkin, sebaik mungkin. Sebab, percuma aja kalo semua bahan udah dikumpulkan, tapi kamu masih diam aja. Sekarang, yang dibutuhkan adalah konsentrasimu untuk segera menulis. Jadi, tunggu apalagi, segera tulis.

Alasan Kenapa Kita Untung Menulis

Kalau kamu ingin pahala berlipat bak multi level marketing, kamu menulis tentang artikel ringan mengenai fiqh, tauhid dll pokoknya islam deh. kamu dapatkan pahala sama besar pahala orang yang diajar dan mengamalkan ilmu yang diajarkan. and pahalanya juga mengalir terus menerus. jadi kamu dapatkan pahala sampai hari kiamat. biarpun kamu sudah meninggal tapi masih bertambah terus pahalamu. kayak pensiunan saja. coba kita lihat dalilnya:
a. Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihim bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Artinya : ِBarang siapa menunjukkan suatu kebaikan maka ia mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakannya. (Hr. Muslim)
b. Dari Jarir Ibnu Abdullah ra, Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ
Artinya : Barang siapa membuat sunnah (kebiasaan) yang baik dalam ajaran Islam maka baginya pahala (sebesar) pahala orang yang melakukan kebaikan tersebut sepeninggalnya, tanpa ada yang dikurangi dari pahala mereka (yang mengerjakannya) sedikitpun. (Hr. Muslim).
Misalnya saja, kamu menyumbang tulisan di blog orang, lalu dibaca dan dilihat orang lain truz mereka tertarik menyumbang juga maka kamu mendapat pahala sebesar pahala dari sumbangan mereka. tapi kamu niatnya yang ikhlas. karena didepan orang banyak, rawan riya’. makanya kamu harus hati-hati. misalnya lagi, kamu shalat sunnat lalu orang lain juga terpancing shalat sunnat, kamu dapat pahala 2 kali hahaha...ato yang enak nikah kamu nikah lalu orang lain juga terpancing nikah dengan sesama muslim karena agamanya, kamu dapat pahala 2 kali banyak dehhh....
c. Rosulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا فَلَهُ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهِ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْعَامِل
Artinya : Barang siapa yang mengajarkan ilmu maka baginya pahala (sebesar pahala) orang yang mengerjakan amalan (dari ilmu tersebut) tanpa mengurangi pahala orang yang mengerjakannya. (Hr. Ibnu Majah dan di hasankan oleh Albani)

Banyak untungnya kan menulis dengan pokok bahasan islam :)
Selamat mencoba GANBATE, all is well ! (Mukhamad Aziz)

Kirim tulisan antum di . insyaallah akan kami tayangkan 

0 komentar:

Posting Komentar

Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun".

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls