"Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan PEMAHAMAN AGAMA kepadanya.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)

Kamis, 03 Mei 2012

Cewek dalam Bingkai Media

sumber foto http://www.bet.com/

 "Dua golongan penghuni neraka dari umatku yang aku belum  pernah melihat mereka;yakni para wanita yang berpakaian tapi telanjang,berlenggang-lenggok (jalannya),di atas kepala mereka seperti ada punuk unta (sanggul).Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya..".(HR.Ahmad dan Muslim dalam Shahihnya).

Tayangan-tayangan televisi maupun pemberitaan di surat kabar dewasa ini dinilai banyak menyudutkan perempuan. Dalam pemberitaan mengenai tindakan asusila, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Perempuan “dieksploitasi” secara gamblang.
Pemilihan diksi untuk pemberitaan-pemberitaan mengenai hal itu juga tidak tepat. Seperti kata “digagahi” dan lain sebaginya. Eksploitasi  melalui pers, baik terang-terangan maupun yang halus artistik dalam kehidupan masyarakat modern terlihat jelas. Kondisi itu juga diperparah dengan banyaknya tayangan iklan secara vulgar mengeksploitasi eksistensi wanita dan sulit dikontrol.
Kondisi seperti Itulah yang disampaikan oleh Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah KPID Jawa Barat yang juga seorang aktivis perempuan, Hj. Neneng Athiatul F, S.Ag.,M.IKom dalam seminar “Perempuan dan Jurnalisme”. Seminar itu   diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurnalistik UIN SGD Bandung (21/4) di Ruang Sidang Al-Jamiah Kampus UIN SGD Bandung dan dihadiri oleh sekitar 300 peserta dari berbagai kampus di Kota Bandung.
Lebih lanjut Neneng mengatakan,” Perempuan yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual tidak memperoleh kesempatan untuk mengungkapkan apa yang mereka alami secara gamblang.”Neneng juga menjelaskan penggambaran perempuan di sejumlah media massa yang masih didominasi berita kekerasan terhadap perempuan.
Masih banyak media-media yang tetap menjadikan perempuan sebagai objek. Bahkan  cenderung mendiskreditkan perempuan, dan  semuanya karena kepentingan rating dan kapitalisme. Sementara pemberitaan mengenai kiprah perempuan masih kurang dan berada di bawahnya.
Kuantitas jurnalis perempuan di Indonesia juga menjadi penyebab lainnya. Komposisi jurnalis yang  91,4% pria dan 8,6%wanita dinilai masih minim. Demikian juga pekerja di media elektronik di dominasi oleh pria, karena dianggap penuh tantangan.
Untuk itu, masyarakat harus diberikan pendidikan agar melek media. Pemberian pendidikan dalam literasi media menjadi sangat penting. Literasi media yakni pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seseorang agar dapat menggunakan media dengan benar dan optimal.
Literasi Media, Hal yang Mendesak
Neneng menyebut, setidaknya ada empat alasan yang menjadikan literasi media menjadi suatu hal yang sangat mendesak. Diantaranya; Pertama, Mayoritas masyarakat kita belum terdidik dan cerdas dalam memilah-milah informasi yang sampai kepadanya. Kedua, Dengan alasan popularitas seorang perempuan dengan senang hati memamerkan auratnya di hadapan publik.
Ketiga, Di kalangan beberapa artis serta foto model tercipta stigma yang salah tentang arti profesionalisme kerja di bidang mereka . Keempat, Anggapan bahwa pose-pose vulgar perempuan yang ada di media massa merupakan perwujudan nilai seni.
Untuk itu, Neneng mengatakan,”Pentingnya kerjasama yang baik antara pemilik media, masyarakat (perempuan) dan regulator media.” Kerjasama yang terjadi itu diharapkan dapat melakukan monitoring terhadap media yang kerap memuat berita yang cenderung diskriminatif dan stereotype terhadap perempuan. Selain itu, transfer pengetahuan ke media secara perorangan terutama isu kesetaraan guna melahirkan jurnalisme yang tidak menyudutkan perempuan juga perlu dilakukan.
Masyarakat harus kritis dalam menilai sebuah tayangan televisi. Untuk itu, Neneng mengajak semua masyarakat untuk melapotkan kepada pihak-pihak terkait apabila menemukan tayangan-tayangan yang tidak mendidik. Laporan masyarakat bisa disampaikan kepada Kemenkominfo untuk Internet, KPI untuk Penyiaran , Dewan Pers untuk Pers, atau kepada Gugus Tugas untuk Pornografi.
Dengan peran serta masyarakat dalam melaporkan tayangan-tayangan televisi yang tidak mendidik, diharapkan tayangan tersebut bisa digantikan dengan tayangan-tayangan lain yang lebih mendidik. Semoga!

0 komentar:

Posting Komentar

Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun".

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls