"Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan PEMAHAMAN AGAMA kepadanya.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)

Jumat, 10 Agustus 2012

Surat Cinta Untuk Ayahku

Menjadi orang besar

Ayah… begitulah kami memanggilnya
Orang paling hebat yang pernah ada
Keluarga kami memang sederhana, rumah kecil, motor bekas, dan tak banyak yang lain

Hanya berjumlah hitungan jari, mahasiswa ITS yang mengenal ayah, ayah begitu biasa diluar sana
Tapi tidak di mataAllah, tidak di mata keluarga

Setiap selepas shubuh setiap hari  kami selalu berkumpul bersama keluarga, membahas al- qur’an , ayat per ayat beserta tafsir nya
Selalu lengkap, ayah, ibu, mbak, adek dan alfat
Di situ pula ayah selalu curhat, mengenai rencana keluarga kedepan, pendidikan kami anak- anaknya, perselisihan yang kadang muncul ditengah keluarga dan masih banyak hal yang lain

Kebiasaan lain adalah selalu mengajak alfat 10 tahun, satu- satu nya anak laki- laki nya dan yang paling bungsu untuk selalu sholat berjamaah ke masjid. Selalu kompak warna baju yang mereka kenakan
Ah, pantas saja si alfat sudah bisa melakukan gerakan sholat dengan benar dan sesuai sunnah, anak sekecil itu juga kini sudah hafal 2 juz

Ayah pun berkeinginan, dan keinginan itu beliau sampaikan kepada kami sekeluarga, “ ayah punya target SMP SMA alfat mondok di sragen atau gontor, dan  alfat harus sudah hafal 30 juz, terus ntar nyari beasiswa kuliah keluar negeri. Amiin..

Jika engkau datang terlambat ketika jamaah, tidak sulit unyuk menemukan ayah, lihatlah kedepan, ke shaf pertama atau kedua, carilah dia yang rambutnya hitam agak memutih, dan disampingnya seperti ada sela antara ayah dan makmum di sebelahnya, nah.. di sela itulah ternyata alfat berdiri, maklum, alfat masih kecil dan tentu tidak setinggi ayah.

Ayah yang tidak mebiarkan anaknya yang pertama pergi sendirian ke pulau Madura untuk menyelesaikan tugas kuliahnya, saat itu teman- teman sekelompok anaknya tidak bisa, ayah pun rela menemani anaknya walau kondisi letih dan pulang harus kehujanan
Ayah yang cerdas ketika memilih anaknya yang pertama yang selalu di ajaknya ta’lim di masjid al- amin, karena sadar anaknya yang pertama memang tidak pernah duduk di bangku sekolah background islam, tidak seperti adek dan alfat yang pernah merasakan pondok dan duduk di sekolah Islam terbaik

Kebiasaan lain adalah selalu mengajak kami sekeluarga untuk ke pengajian bersama setiap minggunya

Tanya lah pada ayah, apakah tidak lelah dalam seminggu selalau ta’lim kemana- mana ? Maka ayah akan menjawab “ Mumpung masih hidup “

Coba, hitung keluarga di Indonesia ini yang seharmonis mereka.. yang setiap pagi berkumpul bersama membahas agama ini, membahas kitabullah .. maka engkau tidak akan banyak dapati

Adek pun juga merasa spesial di mata ayah, saat adek operasi, ayah pertama kali menangis di depan istri dan anak- anaknya hanya karena adek tidak keluar keluar dari ruangan operasi, saat adek sekolah di Solo dan sedang akan menempuh ujian keesokan harinya, ayah rela ke Solo untuk memberi dukungan moral walau hanya beberapa jam dan tidak mau disuruh menginap,

Di jaman seperti ini, siapa yang tidak punya HP ? Ayah adalah orang sibuk yang  memilih untuk tidak punya HP karena tidak mau diperbudak dengan HP, memang benar, dalam sejam , berapa menit HP memperbudak kita, untuk membuka nya, selalu, sebelum , bangun, saat, akan dan setelah atau ditengah apapun HP memperbudak kita agar kita melayaninya

Tapi ayah juga bukan lah orang yang gaptek

Walaupun sederhana, tapi ayah dan ibu sudah pergi haji lho,, sudah ke Thailand, Lombok dan yang lain
Ayah janji, kalau mbak lulus ntar kami sekeluarga wisata ke Jakarta naik pesawat, kalau ada uang berlebih ayah juga janji kami sekeluarga bisa Umroh.. amiin

Kadang juga, ayah dan alfat pergi ke masjid sama- sama bersepeda..
Sungguh bahagianya kita

Ayah mengajarkanku, untuk menjadi orang besar, tidak perlu berpenghasilan besar, tidak harus berumah besar,
Atau Bekerja di perusahaan minyak seperti yang saya pikirkan, atau menjadi orang yang dikenal banyak orang
Bukan itu..
Tapi kita sudah menjadi besar ketika kita mampu mendidik keluarga kita, istri kita , anak- anak kita di jalan yang diridhai Allah, menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah
Memiliki anak – anak yang sholih, sholihah, dan sang penghafal

Dan seperti Ramadlan saat ini,  saat sore ayah selalu menyuruh anak –anaknya bergantian mengirim ta’jik ke masjid. Ayah melatih kami untuk berbagi dengan sesama. Namun ayah juga tidak mau mengantarkan karena takut diketahui orang saat dia bersedekah, ayah juga tidak mau daftar dalam list penyumbang tajil/ makanan yang biasanya di data oleh takmir masjid. Ayah malu sama Allah. Ayah spontan, jika ada rezeki hari itu maka ayah akan langsung bersedekah
Kami yang terasing dan tidak dikenal, tapi kami punya penguat, Ayah..

Dan pagi ini,..  lagi,  ayah membuat kami sekeluarga menangis bersama, di Jum’at pagi ini, 21 Ramadhan 1433 H
Kata- kata yang ayah sampaikan sebelum menutup ngaji pada pagi tadi:

“  Harapannya ibu, mbak , adek, alfat ikhlas ikut ngaji nya ayah ini. Ayah gak akan pernah berhenti untuk membagikan ilmu ayah yang masih sedikit ini. Beri kesempatan pada sisa umur ayah untuk selalu mengadakan momen ini. Meskipun anak- anak ayah nanti sudah menikah dan tidak serumah lagi, sempatkan lah menjenguk ayah dan tetap mengaji dengan ayah. Ini adalah kewajiban ayah selaku kepala keluarga untuk mengajak kebaikan pada kalian semua. …….… Ayah pengen momen kumpul keluarga seperti ini jangan sampai putus sampai ayah meninggal….”
Ibu, mbak, adek langsung menangis …
Hanya alfat kecil yang malah bobok sambil duduk …

..Nothing father else in this world, my best father just Ayah

/ Ayah,, alumnus UI - pustakawan ITS – Perumdos blok U 129
Alfat sang penghafal yang cuek dan memiliki senyum khas yang membunuh
Mas kangen senyum mu fat..

Sebagaimana dalam firman-Nya :

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari "surat cinta untuk ayahku" ini (Andhi)

0 komentar:

Posting Komentar

Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun".

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls